Sabtu, 08 Oktober 2011

Music For Kids


Kapan terkahir anda mendengar lagu anak-anak? Kemarin? Seminggu yang lalu? Atau mungkin bertahun-tahun yang lalu, ketika anda memang masih anak-anak? Jawabannya saya rasa bermacam-macam. Mungkin sebagian anda ada yang seperti saya, yang hampir setiap hari berinterkasi dengan lagu anak-anak. Karena saya memang masih punya adik balita yang suka mendengarkan lagu anak-anak, entah dari tukang odong-odong yang lewat, atau dari CD Nursery Rhyme Song yang dibelikan oleh Ibu saya.

Hampir setiap hari adik saya mendengarkan lagu-lagu tersebut. Mulai dari ‘Twinkle-twinkle Little Stars’. ‘ABC’, sampai yang berbahasa Perancis sekalipun seperti ‘Aloutte’. Saya merasa beruntung, karena adik saya masih bisa mendengarkan lagu-lagu itu dengan fasilitas yang cukup memadai. Bagaimana dengan anak-anak seumuran adik saya yang tidak pernah mendengarkan lagu anak-anak? Bahkan orangtua sekarang tampaknya lebih suka memperdengarkan musik untuk orang dewasa kepada anaknya yang masih balita, daripada sekedar .menyanyikan ‘Balonku ada5’.

Kemampuan seorang musisi masih sangat dinanti dalam masalah ini, Indonesia sedang mengalami krisis lagu anak-anak. Big respect untuk Alm. AT Mahmud atas jasanya dalam menciptakan lagu anak-anak, begitu juga dengan Bu Kasur. Saya masih ingat sekitar tahun 90-an, lagu anak-anak sempat booming di TV, bahkan sampai dibikin chartnya. Tapi hanya sebagian yang menurut saya video dan lagunya pantas untuk dinikmati dan didengarkan oleh anak-anak.

Saya ingat ada nama-nama seperti Joshua Suherman, Cindy Cenora, Agnes Monica, Chiquita Meidi, dll. Namun sayang, banyak lagu yang mereka nyanyikan liriknya sangat tidak pantas untuk didengarkan oleh anak-anak. Bagaimana anak-anak Indonesia mau berpikir kalau lirik yang dinyanyikan hanya sekedar ‘Diobok-obok’, ‘Papa, kebelet pipis’, atau bahkan ada lagu yang dinyanyikan Cindy Cenora yang bertemakan Krisis Moneter pada waktu itu. Entah atas dasar apa si pencipta lagu ingin mengajarkan krisis moneter pada anak-anak yang saya rasa belum waktunya untuk mengerti soal itu.

Saya benar-benar merasa menyesal sekarang kalau saya ingat pernah memiliki beberapa koleksi kaset Joshua Suherman, dan begitu semangat menghafalkan liriknya. Beruntung masih ada produser dan pencipta lagu yang memberikan kesempatan buat Sherina, Tasya Kamila, dan Dhea Imut untuk bernyanyi dengan lirik dan konsep musik yang cocok untuk anak-anak.

Beberapa waktu lalu grup band The Dance Company sempat merilis album anak-anak yang bertajuk ‘TDC For Kids’. Walaupun hasilnya belum maksimal, tapi patut dicontoh dan diteruskan oleh musisi-musisi lainnya.

Peranan produser, media, pencipta lagu dan penyanyi yang akan menyanyikan lagu anak-anak sangat ditunggu saat ini. Begitu juga dengan Orangtua yang tetap harus mengawasi anak-anaknya dalam memilih hiburan musik. Perhatikan liriknya, konsep musiknya, dan hal lainnya yang memungkinkan lagu tersebut memang pantas didengarkan oleh anak-anak. Miris, ketika melihat anak-anak usia SD dengan fasihnya menyanyikan lirik ‘Keong Racun’, ‘Bang Toyib’, atau mungkin yang terbaru, ‘Alamat Palsu’.

Bagaimanapun, anak-anak Indonesia masih butuh hiburan musik yang sehat, mencerdaskan, dan menghibur tentunya. Untuk para musisi, anak-anak Indonesia menunggu karya kalian!