Senin, 08 Oktober 2012

CD Review : Green Day - ¡UNO!


Jakarta – September 2004, Green Day menorehkan American Idiot di jajaran 100 Album Terbaik Sepanjang Masa versi Rolling Stone bersama dengan Dookie. Ya, setelah hiatus 4 tahun pasca Warning, Green Day kembali dengan semangat Anti-Bush nya dalam sebuah album punk opera pertama di dunia. Dengan bantuan dari produser handal Rob Cavallo, American Idiot membawa Green Day ke puncak karir bermusik mereka. 

Tak berhenti disitu, kali ini setelah puas dengan tur yang melelahkan dan ekspos media di seluruh dunia, Mei 2009 Green Day melahirkan buah karya mereka yang bertajuk 21st Century Breakdown. Dimana tendensi album ini sangat terpengaruh dengan terpilihnya Senator Obama beberapa waktu sebelumnya. Tak begitu mengesankan, masih mengusung konsep punk opera, Green Day seolah sedang mencoba menenangkan situasi kacau yang terjadi  dimana-mana. 

Delapan tahun setelah kemunculan American Idiot, Green Day kali ini tampak sudah muak dan lelah membawakan puisi-puisi politik opera mereka diatas panggung. Kembalinya Rob Cavallo di bangku produser, membuat ¡UNO! menjadi bagian pertama dari dua bagian lainnya di trilogi album hedon mereka kali ini.  Ya, bukan hanya satu album, tapi tiga album penuh sekaligus dalam rentang waktu 6 bulan. Sesuatu yang mungkin The Beatles atau Metallica sekalipun tidak dapat lakukan. 

Membocorkan single ‘Oh Love!’ pada pertengahan Juli lalu, membuat beberapa penggemar mereka seperti berkata, ‘Hey, apa aku benar-benar sedang mendengarkan (lagu) Green Day sekarang?’. Lalu kemudian ‘Kill The DJ’ beberapa pekan berikutnya, lagu yang mengajak kita membunuh seorang DJ yang membosankan untuk memulai pesta yang lebih liar lagi.  Ya, pesta. Dalam wawancaranya dengan MTV di sela-sela pembuatan MV ‘Kill The DJ’, Billie Joe berkata, “Album ini (¡UNO!) adalah permulaan pesta kami, bersiaplah!”, tandasnya. 

Dan benar saja, dibuka dengan ‘Nuclear Family’, Green Day mengajak kita menghitung mundur untuk memulai pesta tersebut. Tak ada yang lebih mengesankan daripada part dimana Billie Joe bisa berteriak ‘I Said Heyho’ dengan komposisi yang baru di sebuah lagu lama mereka yang baru dimasukkan di album kali ini degan judul ‘Stay The Night’. Nada rock n’ roll dan rasa American Idiot terdapat di nomor ‘Carpe Diem’, sebuah lagu yang sangat cocok untuk didengarkan dalam perjalanan pulang yang melelahkan.

Bagi anda yang merindukan sound lama Green Day seperti yang terdapat di Insomniac atau Nimrod, silahkan simak ‘Let Yourself Go’ dan ‘Loss Of Control’, atau di lagu ‘Angel Blue’ yang terdengar seperti lagu band pop punk remaja yang sedang berlatih di garasi, tapi memiliki karakter yang kuat. Sedangkan bagian pembuka pada lagu ‘Fell For You’ mengingatkan saya akan nada-nada romantis milik Social Distortion.

Pesta rock n’ roll ala west coast terasa kental di nomor ‘Troublemaker’. Sederhana dan bisa membuat anda bergoyang sepanjang lagu. Lain lagi di nomor ‘Rusty James’, mengingatkan kita akan lagu Letterbomb. Lagu yang menceritakan kegelisahan mereka akan Gilman Street, sebuah komunitas dimana mereka berasal. Dan entah kenapa ‘Sweet 16’ terasa seperti lagu yang tercecer dari beberapa album mereka sebelumnya, seperti Dejavu akan salah satu lagu lama mereka. 

Overall, Green Day benar-benar menunjukkan kedewasaan mereka dalam bermusik di album ini. Album ini benar-benar cocok didengarkan di musim gugur seperti ini. Dan jangan percaya penuh saat Billie Joe berkata, ‘Kami akan kembali lagi seperti (sound) Green Day yang dulu’. Karena Green Day sejatinya memang ingin benar-benar berpesta menghindari hingar bingar ledakan di Timur Tengah.

0 komentar:

Posting Komentar